Ketika mengacu pada teks-teks Islam, menjadi jelas bahwa tidak mungkin untuk menghadirkan pembacaan terpadu tentang pandangan "kemiskinan", "kekayaan", dll.
Jika kita ingin memiliki laporan minimal dari sudut pandang teks-teks Islam dengan apa yang disebut konsep ekonomi ini, tampaknya secara global ada lima jenis sikap terhadap hal tersebut:
«یا أَیهَا الَّذِینَ آمَنُوا إِنَّ کثِیرًا مِّنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَیأْکلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَیصُدُّونَ عَن سَبِیلِ اللَّهِ وَالَّذِینَ یکنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا ینفِقُونَهَا فِی سَبِیلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِیمٍ»
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (QS. At-Taubah: 34)
* Diambil dari catatan Seyed Mohammad Hadi Gerami, Anggota fakultas Lembaga Penelitian Humaniora dan Studi Budaya tentang ide-ide ekonomi Islam
Kata kunci: Islam, kemiskinan, kekayaan, Nilai
4055336